Edible food wrap mungkin masih menjadi sesuatu yang asing di telinga banyak orang. Saat kita akan memakan nasi bungkus, bungkus nasi tersebut pasti akan dibuang di tempat sampah bersama dengan sisa makanan. Sebagian orang akan memisahkan sisa makanan dari bungkus tersebut, namun dapat dipastikan tidak pernah ada yang akan memilah kertas coklat atau putih dan plastik laminasinya. Tidak jarang, kemasan tersebut berakhir di lautan yang akhirnya menciderai hewan dan biota yang tinggal bebas di sana.
Lalu, pernahkah Anda terpikir untuk memakan makanan bersama dengan kemasannya?
Inovasi inilah yang berhasil dikembangkan oleh BIOPAC sejak tahun 2010, membuat edible food wrap yang aman dikonsumsi, seperti kalau makan sushi, kebab atau shrimp roll.
Mengenal Edible Food Wrap dari BIOPAC
Edible food wrap merupakan salah satu inovasi dalam dunia F&B untuk mengurangi limbah kemasan, meningkatkan kepraktisan dalam persiapan dan penyajian makanan, serta sebagai gaya hidup modern yang selaras dg SDG 12, yaitu mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan oleh aktivitas produksi dan konsumsi. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan edible food wrap ini tentunya harus aman untuk dikonsumsi oleh manusia dan tidak menimbulkan efek alergi. Penanganan dan penyimpanan edible food wrap juga perlu memperhatikan higienitas pekerja dan sanitasi lingkungan dan peralatan. Menurut Allianz Market Research, pasar global untuk edible packaging ini mencapai USD 1.10 miliar pada tahun 2023. Beberapa bahan yang biasanya digunakan untuk membuat kemasan makanan yang bisa dikonsumsi ini adalah rumput laut dan kasein.
Kasein merupakan protein utama dalam susu, sehingga dapat dibayangkan, jika digunakan sebagai bahan kemasan, maka harga kemasan yang dihasilkan menjadi sangat mahal. Di samping itu, akan terjadi persaingan dengan industri susu dan produk turunannya, dan perlu peternakan api secara massif. Hal ini berdampak negatif bagi lingkungan karena sendawa dan kentut sapi merupakan salah satu sumber gas rumah kaca. Ditambah lagi, komponen nutrisi lainnya dalam susu memerlukan penelitian untuk dapat diolah sehingga tidak terbuang sia-sia dan memberikan nilai ekonomi. Apabila dibandingkan dengan 1 kilogram rumput laut, harga susu dengan berat yang sama bisa 10x lipatnya. Sedangkan kadar kasein dalam susu sapi sekitar 2.8%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kasein sebagai bahan baku bioplastic tidak feasible secara bisnis dan ketersediaannya.
BIOPAC merupakan pelopor manufaktur pertama yang memanfaatkan rumput laut sebagai bahan baku kemasan pembungkus makanan yang bisa dikonsumsi. Inovasi ini berangkat dari penelitian pengembangan bioplastic oleh founder BIOPAC pada tahun 2010 untuk mengurangi permasalahan sampah, yang merupakan akar masalah dari pendangkalan sungai, penyumbatan saluran air, sehingga rentan banjir. Tidak hanya membantu merawat Bumi beserta laut, dalam prosesnya pun BIOPAC mengedepankan kesejahteraan para masyarakat di sekitar pesisir.